Realitas Pendidikan
Wallahu a’alam
(Agus Mulyono, Malang 21 April 2014)
Ketika berangkat ke kampus pagi tadi ada pemandangan menarik dari salah
satu sekolah Taman Kanan-Kanak yang lagi mempersiapkan karnaval dalam
rangka memperingati hari Kartini. Saya melihat beberapa anak-anak
menggunakan pakaian adat, kelihatan menggemaskan. Tetapi yang menjadi
perhatian saya adalah pakaian anak-anak yang menggambarkan
profesi-profesi… ada anak berpakaian ala dokter, ada yang berpakaian ala
tentara, ada yang berpakaian polisi, ada pilot, ada yang mirip guru,
ada yang menngunakan seragam pemkot…, anehnya saya tidak melihat
seorangpun yang menggunakan pakaian petani atau nelayan (umpama membawa
berbagai hasil panen, atau membawa ikan-ikan).
Nah, disinilah
mungkin berawal…., bahwa ketika Indonesia yang kaya akan potensi
pertanian, kaya akan potensi kelautan, kaya akan potensi hutan, kaya
akan potensi perikanan…, tetapi tidak mendapatkan perhatian……., sehingga
yang terjadi bahwa potensi itu tidak memberikan nilai lebih kepada
penduduk di negeri ini.
Memang dalam dunia pendidikan secara
umum di negeri ini, telah mengarahkan kepada siswa untuk menjadi
pegawai, karyawan dan sejenisnya. Di Kelas-kelas sepertinya kurang
memberikan pencerahan kepada siswa bahwa Indonesia mempunyai potensi
alam yang luar biasa yang perlu mendapatkan perhatian para generasi
penerus untuk dapat melestarikan dan mengembangkannya.
Sejak TK
sudah ditanamkan bahwa sepertinya profesi yang bagus adalah profesi
seperti disebutkan di atas (polisi, tentara, guru, pilot, pns)…., yang
lain dianggap sebagai pekerjaan yang tidak penting….; Sejak TK secara
tidak sadar… lembaga pendidikan kurang memberikan perhatian akan potensi
yang ada disekitar kita untuk bisa dikembangkan dalam rangka memberika
kemakmuran bersama.
Jadi memang tidak salah….ketika mayoritas
lulusan lembaga pendidikan berpikirnya adalah menjadi pegawai….., karena
memang pendidik belum bisa memberikan wawasan yang luas akan potensi
Indonesia…., belum banyak memberikan wawasan bagaimana peluang-peluang
mengembangkan potensi alam Indonesia khususnya di bidang pertanian,
kelautan, perhutanan, peternakan, perikanan.
Di sekolah
sepertinya kurang ada suasana yang dapat menimbulkan pikiran-pikiran
kreatif untuk berkarya, untuk usaha, untuk menciptakan pekerjaan, untuk
melihat dan mengembangkan potensi daerah. Gurunya, dosennya juga
mayoritas tidak mempunyai pengalaman-pengalaman itu. Sehingga dalam
pembelajarannya di kelas, sangat jarang memberikan rangsangan pada anak
didik untuk pikiran-pikiran berkaitan dengan pengembangan potensi
daerah. Sehingga tidak heran kalo’ kemudian para lulusan selalu
mengandalkan menjadi Pegawai, setiap hari mengirim amplop lamaran kerja,
pergi kesana kemari untuk mencari pekerjaan, dan diliputi kegalauan
setelah lulus.
Masyarakat kita lebih senang memadati kota-kota
besar dan berebut pekerjaan di berbagai industri…. Tidak banyak
masyarakat kita khususnya generasi mudanya yang berkeinginan untuk
mengoptimalkan lahan-lahan subur atau lahan-lahan yang ada disekeliling
kita.
Pendidikan terasa semakin jauh dengan realitas, apa yang
menjadi potensi negeri ini, apa yang seharusnya menjadi fokus perhatian,
apa yang seharusnya menjadi materi pelajaran, apa yang seharusnya
menjadi materi cerita untuk anak didik, apa yang seharusnya menjadi isi
dari bahan untuk memotivasi siswa, apa yang seharusnya dikembangkan dan
seterusnya.
Pendidikan untuk mencerahkan, pendidikan untuk
menyadarkan, pendidikan untuk memandirikan, pendidikan untuk
menghilangkan kegalauan, pendidikan untuk memakmurkan, pendidikan untuk
menyadarkan akan pengabdian kepada Yang Maha Pencipta, pendidikan untuk
menselaraskan kehidupan dengan kehendak Pencipta.
Pendidikan akan mengantarkan seseorang dari sisi gelap ke sisi terang.
(pendidikan bukan sekolahan lho..)
(pendidikan bukan sekolahan lho..)
Habis gelap terbitlah terang….,
terang terus menyinari, mencerahkan dan memakmurkan seluruh isi alam semesta.
terang terus menyinari, mencerahkan dan memakmurkan seluruh isi alam semesta.
Wallahu a’alam
(Agus Mulyono, Malang 21 April 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar