Selasa, 19 November 2013

Kegagalan tidak seperti yang kita fikirkan...

Tidak selamanya yang kita rencanakan terealisasi dengan baik, terkadang ada hal-hal mendasar yang tidak bisa terelakan ketika rancangan tersebut kemudian gagal dan tidak bisa terealisasi dengan baik. Berikut ini ada beberapa hal yang mungkin membuat rancangan kita tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita:

1. Kita tidak menyadari potensi kita sebenarnya....

Memaksakan kehendak ingin menjadi sesuatu yang diinginkan memang baik, karena didalamnya terdapat upaya yang jelas untuk mewujudkannya. Namun ada banyak orang yang selalu gagal dalam bidang yang diinginkannya.
Jangan pernah berpikir kita bisa meraih kesuksesan yang sama seperti orang lain.
Ini adalah hal penting yang harus dipikirkan oleh semua orang, pada dasarnya kita tidak bisa meraih kesuksesan seperti orang lain karena zaman kita dengan orang lain pasti berbeda. Saya masih ingat bagaimana Indro "Warkop" berkata ketika diwawancara bahwa sebenarnya tidak ada lagi yang bisa menggantikan posisi Warkop, kalau bicara Warkop ya, Dono, Kasino dan Indro. Sama halnya dengan kesuksesan, kita tidak bisa menempel kesuksesan orang lain karena pada dasarnya kita punya jalan kesuksesan seperti orang lain, kalaupun ada kesamaan dalam jalan hidup, itu semata hanya karena kita terinspirasi dan berusaha mencari tahu kesamaan orang tersebut dengan diri kita.
Jadi buat apa terlalu sibuk memikirkan seperti orang lain, bila kita sendiri sebenarnya tidak memiliki potensi yang sama dengan orang lain.

2. Terlalu cepat menyerah....

Gagal dalam banyak hal, selama ia tidak pernah berhenti untuk mencapainya, maka gagal itu sebenarnya tidak terjadi. Yang ada hanyalah proses pembelajaran. Ketika saya memilih menulis sebagai jalan hidup, saya kerap kali harus menerima banyak sekali ketidakberuntungan, bahkan saya pernah ditolak 4 kali berturut-turut dalam kurun waktu satu bulan untuk 4 naskah berbeda. Kalau saya berhenti mungkin saya sudah tidak menulis lagi. Dan terbukti pada tahun 2010 saya menulis kembali dan menelurkan enam buku.
Jadi sebenarnya kita bisa bertanya pada diri sendiri, apakah kita menyerah terlalu cepat atau memang kita sedang berproses menuju kesuksesan seperti yang kita inginkan....

3. Ada sesuatu yang lebih baik lagi menanti....

Ketika salah satu karya saya mengalami penundaan yang cukup lama, saya kecewa karena sesuatu yang sudah saya kerjakan dengan maksimal ternyata tidak dihargai oleh pihak penerbit. Saya kemudian merasa diri saya sudah tidak berarti lagi, hingga kemudian terjebak pada pikiran yang mengungkung saya. Padahal setelah bersabar menunggu beberapa waktu, ternyata karya saya mendapat sambutan yang cukup baik di kalangan pembaca.
Dari sini akhirnya saya belajar, bahwa kegagalan itu pada dasarnya mengajarkan seseorang untuk bersabar lebih, karena ada sebuah kehendak dari-Nya yang akan menjadikan kita jauh lebih baik dari pemikiran kita sebelumnya.

4. Angkuh, hingga tidak sadar kita menjatuhkan diri sendiri....

Angkuh, hal inilah yang membuat seseorang kemudian terjatuh dan terpuruk pada kegagalan. Bisa jadi gagal adalah medium untuk menegur kita dari-Nya.
Terkadang tanpa sadar kita selalu merasa bisa mengerjakan semuanya dengan baik, hingga akhirnya kita menganggap diri kita lebih dari orang lain. Padahal hal tersebut adalah jalan untuk tidak mendengarkan pendapat orang lain hingga akhirnya kita terjebak dalam sebuah situasi angkuh dan merasa orang lain tidak lebih baik dari diri kita.
Kalau sudah begini jangan heran bila satu persatu orang kemudian meninggalkan kita dan tidak mempercayai diri kita lagi. Hingga kegagalan pun harus diterima dengan rasa pahit.
Bila begini situasinya mungkin sudah saatnya kita bernafas sejenak memikirkan hal-hal yang sudah kita lakukan selama ini dan bagaimana kita membangun hubungan dengan orang-orang di sekitar kita....

5. Terlalu sibuk memikirkan kecurangan orang lain dalam menggapai kesuksesan

Tidak semua orang didunia ini berpikir jernih dan jujur dalam menggapai kesuksesan yang diinginkan, terkadang kita akan menemui orang-orang yang dengan segala upaya membuat dirinya sukses dengan cara culas. Menjatuhkan orang disekitarnya hingga mungkin menjual dirinya.
Kalau kita terpaku pada cara seperti mereka, maka kita akan hanya terus terpaku pada kesuksesan dengan role model seperti mereka. Ingat point pertama, kita tidak bisa menyamakan jalan kesuksesan kita sama seperti orang lain, karena pada dasarnya kita punya jalan kesuksesan sendiri-sendiri. Jadi sekali lagi buat apa kita mendedikasikan waktu untuk memikirkan kecurangan orang lain, alangkah bijaksananya bila kita sibuk memikirkan karya dan kesuksesan diri kita sendiri. Tidak perlu kita berpikir orang lain banyak yang culas dalam berbisnis, satu hal yang pasti kita bisa menjadi sukses tanpa harus berbuat seperti mereka, bahkan mungkin kita bisa lebih hebat dari mereka.

Muhammad Faizal
F : Faizal Dina
T : @Faizaldina

Kamis, 14 November 2013

liric of sunan drajat



 liric of sunan drajat


Intro :

Heeeeeeeee  Pondokku  [Pondokku]
We Love You [We Love You]
Forever [Forever]
Heeeeeeeee  Pondokku  [Pondokku]
Sunan Drajat [Sunan Drajat]
Forever [Forever]

Reff :

We Are Mesenger Sunan Drajat
Sunan Drajat Datang
Salam Untukmu Kawan          …2X

Tak Akan Mundur
Walau Selangkah
Demi Membela Sunan Drajat  …2X

Back To Reff  :

Heee We Are
We Are Member Sunan Drajat…2X

Heee Wenehono Teken Marang Wong Kang Wuto
Heee Wenehono Mangan Marang Wong Kang luwe
Heee Wenehono Sandang  Marang Wong Kang Wudo
Heee Wenehono Yupan Marang Wong Kang Kudanan

Back to Reff….

Selasa, 12 November 2013

Laporan Praktikum Taksonomi Invetebrata FILUM PLATYHELMINTHES dan ANNELIDA


LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI INVETEBRATA
FILUM PLATYHELMINTHES (Cacing Pipih), ANNELIDA (Cacing Gilig Bersegmen)
DOSEN PENGAMPU :
Kiptiyah, M.Si

DISUSUN OLEH :
Abishafa Yonny                      : 12620069
Umu Hanik F H                      : 12620070
Muhammad Faizal                  : 12620074
KELAS / KELOMPOK                     : B / 2
TANGGAL PRAKTIKUM               : 29 Oktober 2013
ASISTEN                                           : Exma Mu’tatal Hikmah
                                                                                      Mariatul Qibtiyah

Description: Description: E:\my images\logo\UIN WARNA Fakultas SAINTEK.jpg

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Filum anelida (bahasa latin untuk “bercincin” terbagi atas cacing yang tubuhnya terbagi-bagi menjadi segmen-segmen (metamer). Segementasi itu jelas bersifat eksternal, tetapi juga internal dalam wujud membran (septum) yang membagi- bagi anterior cacing. Anelida memiliki segmen dibagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lain terdapat sekat yang disebut sapta.
Platyhelminthes dalam bahasa yunani, platy (pipih), helminthes (cacing atau cacing pipih) adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya lebih kompleks dibanding porifera. Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (tripoblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm dan endoderm. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun hidup sebagai parasit. Pada Platyhelminthes yang hidup secara bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme .
Kebanyaan hewan dari phylum anelida contohnya cacing tanah (Lumbricus terrestris) dapat berguna sebagai penyuburan tanah. Namun, pada phylum platyhelminthes contohnya cacing hati (Fasiola hepatica) tumbuh sebagai parasit dalam tubuh manusia. Oleh karena itu lah pentingnya memahami habitat, morfologi, anatomi dan siklus hidup dari phylum anelida dan platyhelmintes agar kita dapat menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat menjaga keseimbangan dari ekosistem alam.


1.2  Rumusan masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah :
1.      Bagaimana habitat dari filum Annelida dan filum Platyhlminthes ?
2.      Bagaimana morfologi dari filum Annelida dan filum Platyhelminthes ?
3.      Bagaimana anatomi dari filum Annelida dan fillum Platyhelminthes ?
1.3  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah        :
1.      Untuk menegetahui habitat dari filum Annelida dan fillum Platyhelminthes
2.      Untuk mengetahui morfologi dari filum Annelida dari filum Platyhelminthes
3.      Untuk mengetahui anatomi dari filum Annelida dan fillum Platyhelminth

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Platyhelminthes (cacing pipih)
2.1.1  Morfologi
Platyhelminthes adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm adalah tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap – tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis (Tim Dosen, 2011).
Tubuhnya tertutup epidermis dan di bagian ventral mengandung cilia yang berfungsi untuk merayap. Pada lapisan  epidermis terdapat banyak sel kelenjar dan batang – batang kecil yang disebut rhabdoid. Sel kelenjar menghasilkan lender untuk melekat, membungkus mangsa, dan sebagai jejak lender pada waktu merayap. Sel kelenjar acap kali juga terdapat di dalam mesenkhim (parenkim), dan mempunyai saluran kecil menembus epidermis. Di bawah epidermis terdapat serabut – serabut otot melingkar, longitudinal, diagonal, dan dorso ventral (Suwignyo, 2005).
2.1.2  Anatomi
Sistem pencernaan pada platyhelminthes belum sempurna, cacing ini telah memiliki mulut tapi tidak memiliki anus, hewan ini memiliki rongga gastrovaskuler yang merupakan saluran pencernaan yang bercabang – cabang yang berperan sebagai usus. Sistem saraf memiliki dua ganglion pada ujung ventral tubuh. Pada ujung ventral tubuh keluar satu pasang saraf longitudinal menuju ke bagian tubuh posterior (Oman, 2006).
2.1.3  Habitat
Platyhelminthes dapat dibagi atas beberapa kelas yaitu kelas tubellari, contoh organisme dari kelas ini adalah planaria yang hidup di air tawar, bipalium dan geoplana yang hidup pada tanah,berikutnya kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit, tidak mempunyai mata kecuali pada larvanya, tidak bercilia kecuali pada larvanya, mempunyai kutikula mulut disebelah anterior, farinks tidak berotot, tidak ada anus usus berbentuk garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasiola hepatica. Selanjutnya kelas cestoda, merupakan hewan hermaprodit, tidak mempunyai alat pencernaan makanan, merupakan endoparasit pada hewan vetebrata, Mempunyai saraf pada bagian kedua sisi tubuhnya yang berhubungan dengan kepala. Mempunyai saluran ekskresi yang diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap progtida mengandung organ – organ alat jantan dan betina yang lengkap. Telur – telurnya di kumpulkan pada uterus (Hala, 2007).
F. gigantica merupakan parasit (cacing) yang bentuknya pipih seperti daun dan habitat utamanya di dalam hati, sehingga dikenal dengan nama cacing hati. Keadaan alam Indonesia dengan curah hujan dan kelembaban yang tinggi, dan ditunjang pula oleh sifatnya yang hemaprodit  yakni berkelamin jantan dan betina akan mempercepat perkembangbiakan cacing hati tersebut. Untuk menanggulangi dan mencegah berkembangnya penyakit fasciolois umumnya dilakukan dengan cara pemberian obat secara teratur dan terjadwal, serta perlunya kebersihan lingkungan terutama  ditujukan untuk mencegah atau menghambat berkembang biaknya hewan perantara yakni siput (Lymnea sp.). (Arifin, 2006)
Pada umumnya cacing jarang menimbulkan penyakit serius, tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang secara ekonomis dapat merugikan, ternak penderita akan mengalami hambatan pertumbahan berat badan karena cacing menyerap sebagian zat makanan untuk pertumbuhan, cacing merusak jaringan-jaringan organ vital seperti saluran pencernaan, hati, paru-paru dan darah serta dapat mengurangi nafsu makan ternak.  Bahkan pada tingkat penyerangan akut dapat menyebabkan penyakit kronis yang berakibat kematian (Murtidjo, 2000).

2.2      Annelida (Cacing tanah)
2.2.1  Morfologi
Cacing tanah mempunyai bentuk tubuh memanjang, gilig, dengan segmentasi Nampak jelas dari luar sebagai lipatan-lipatan kutikula. Biasanya, cacing tanah mempuyai lebih dari 100 metamer. Pada setiap segmen, kecuali yang pertama dan terakhir, terdapat 4 pasang bulu sikat atau setae yang pendek. Cacing tanah bernapas melalui kutikula yang menutupi seluruh tubuhnya. Sistem saraf berupa rantai ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari segmen ke empat. Cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi terjadi fertilisasi oleh dirinya sendiri (Tim Dosen, 2011).
Tubuh annelida bersegmen bundar memanjang atau tertekan dorsoventral. Memiliki alat gerak yang berupa bulu-bulu kaku (setae) pada setiap segmen. Polychaeta dengan tentakel pada kepalanya dan setae pada bagian-bagian tubuh yang menonjol  ke lateral, atau lobi lateral yang disebut parapodia. Tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang terletak di atas epithelium yang bersifat glanduler, sudah mempunyai rongga tubuh dan umumnya terbagi atas septa, saluran pencernaan lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu tubuh (Jutje, 2006).
2.2.2  Anatomi
Pada permukaan tubuh cacing terdapat beberapa lubang-lubangmuara keluar berbagai alat atau organ dalam tubuh. Lubang-lubang tersebut ialah mulut berbentuk bulan sabit, terletak dimedio ventral segmen pertama, anus terletak pada segmen terakhir, lubang muara keluar oviduk, terletak pada segmen ke-14, lubang bermuara keluar reseptaculum seminalis berupa 2 pasang pori terletak di antara segmen ke-9 dan ke-10, dan di antara segmen ke-10 dan ke-11 reseptaculum seminalis ialah tempat penyimpan sperma; pori ini tidak tidak mudah terlihat; pori dorsalis merupakan lubang muara keluar coelom; pori ini terletak di medio-dorsal pada tepi anterior pada tiap segmen; segmen ke-8 atau ke-9, sampai ujung posterior tubuh; sepasang nephridiopor, merupakan lubang muara keluar dan saluran ekskresi dan terletak pada tiap segmen, kecuali segmen terakhir dan 3 segmen pertama (Jutje, 2006).
Alat ekskresi adalah nephridia, terutama metanephridia, yang terdapat sepasang tiap ruas. Peredaran darah tertutup melingkari pharynix, sebuah atau sepasang benang saraf ventral sepanjang tubuh yang dilengkapi sebuah ganglion dan sepasang saraf lateral pada tiap ruas. Di samping itu, terdapat alat indera atau sel indra yang berfungsi sebagai alat peraba, perasa, dan penerima cahaya. Filum annelid terdiri dari sekitar 75.000 spesies, meliputi tiga kelompok besar, yaitu polychaeta, oligochaeta, dan hirudiena, serta dua kelompok kecil, yaiu aelosamata dan branchiobdelia (Suwignyo, 2005).
2.2.3  Habitat
Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, tubuhnya bersegmen-segmen. Mereka hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air. Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberap bersifat komensal pada hewan-hewan aquatic, dan ada juga bersifat parasit pada vetebrata. Disamping tubuhnya bersegmen, juga tertutup oleh kutikula merupakan hasil sekresi dari epidermis, sudah mempunyai sistem nervosum, system cardiovasculare tertutup, dan sudah ada rongga tubuh (Hala, 2007).
Adanya cacing tanah yang dapat membuat lubang akan meningkatkan pori aerasi di dalam tanah, sehingga dapat mengolah tanah dengan menurunkan kepadatan tanah dan berlangsung secara terus-menerus sesuai dengan daya dukungnya. Cacing tanah dari kelompok endogaesis dapat menghancurkan dan mengangkat liat maupun bahan-bahan lain dari horison argilik kembali ke lapisan atas (bioturbasi). (Subowo, 2008)
Secara umum tubuh cacing tanah mengandung protein, asam amino dan bermacam-macam enzim. Beberapa penelitian juga telah membuktikan adanya daya antibakteri ekstrak protein cacing tanah Lumbricus rubellus dan Pheretima sp. yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi  (Affandi, 1996).
Infeksi cacing parasit usus pada sapi dan kerbau akan mengurangi fungsi kemampuan mukosa usus dalam transpor glukosa dan metabolit lainnya. Apabila ketidakseimbangan ini cukup besar, akan menyebabkan menurunnya nafsu makan, serta tingginya kadar nitrogen didalam tinja yang dibuang karena tidak dipergunakan. Akibatnya keterlambatan pertumbuhan akan terjadi terutama pada ternak muda pada masa pertumbuhan. Oleh karena itu infeksi cacing parasit usus akan bersifat patogenik terutama jika bersamaan dengan kondisi pakan ternak yang buruk (Nofyan, 2010).
                                                   
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1                   Waktu dan Tempat
Praktikum pengamatan anatomi dan morfologi annelida dan plathyhelminthes dilakukan praktikan pada hari selasa, 29 November 2013 di Laboratorium Ekologi jurusan biologi gedung B.J Habibie Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2                   Alat dan Bahan
3.2.1            Alat
Praktikan menggunakan alat-alat berikut untuk membantu praktikum ini :
1)      Papan seksi                                                      1 buah
2)      Mikroskop                                                       1 buah
3)      Objek glass                                                      1 buah
4)      Jarum pentul                                                    2 buah
5)      Lup                                                                  1 buah
6)      Pisau bedah                                                     1 buah
    7)      Kertas A4                                                        1 lembar
8)      Pensil                                                               1 buah
9)      Penghapus                                                       1 buah

3.2.2            Bahan
Praktikan menggunakan bahan-bahan berikut selama praktikum :
1)      Cacing tanah (Lumbricus terrestris)                1 ekor
2)      Cacing hati (Fasciola hepatica)                      1 ekor

3.3                  Prosedur Kerja
3.3.1      Pengamatan Morfologi
Praktikan melakukan langkah kerja berikut dalam pengamatan morfologi annelida dan plathyhelminthes :
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Diletakkan seekor cacing tanah di atas papan seksi
3.      Diamati pergerakan dan daya menerima rangsangnya
4.      Digambar cacing tanah tersebut beserta keterangannya
5.      Diambil seekor cacing hati di atas objek glass
6.      Diamati dengan perbesaran optimal
7.      Digambar cacing hati tersebut beserta keterangannya
           
3.3.2        Pengamatan Anatomi
Praktikan melakukan langkah kerja berikut dalam pengamatan morfologi annelida :
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Diletakkan seekor cacing tanah di atas papan seksi
3.      Disiram dengan minyak kayu putih hingga tidak bergerak
4.      Ditusuk kedua ujung tubuhnya dengan jarum pentul
5.      Disayat cacing tanah secara melintang
6.      Diamati anatomi cacing tanah
7.      Digambar anatomi cacing tanah beserta keterangannya

 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Cacing Tanah  (Lumbricus terrestris)
     4.1.1 Gambar
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur


Description: Lumbricus terrestris, the Common European Earthworm




               (Wikipedia, 2002)

4.1.2 Klasifikasi
Kingdom: Animalia
    Phylum: Annelida
        Class: Clitellata
           Order: Haplotaxida
               Family: Lumbricidae
                   Genus: Lumbricus                                     
                       Species: Lumbricus terrestris
                            (Jutje, 2006)
4.1.2  Pembahasan
Berdasarkan pada pengamatan yang telah kami lakukan, Cacing tanah (Lumbricus terrestris) memiliki ciri yang khusus dari hewan invertebrata lainnya yaitu tubuhnya bersegmen, bulat memanjang dan tubuhnya memiliki rongga. Karena tubuhnya bersegmen inilah yang membuat spesies ini masuk ke dalam filum annelida. Jumlah segmen pada spesies yang kami amati adalah 191 segmen dan clitellumnya terdapat pada segmen ke-26. Clitellum ini berperan sebagai organ reproduksi yang akan berlekatan dengan clitellum pada spesies cacing tanah yang lain saat terjadi fertilisasi. Dengan panjang tubuhnya ± 11 cm dan lebarnya ± 0,3 cm.
Menurut  Tim Dosen (2011) Cacing tanah mempunyai bentuk tubuh memanjang, gilig, dengan segmentasi. Nampak jelas dari luar sebagai lipatan-lipatan kutikula. Biasanya, cacing tanah mempuyai lebih dari 100 metamer. Pada setiap segmen, kecuali yang pertama dan terakhir, terdapat 4 pasang bulu sikat atau setae yang pendek.
Menurut Jutje (2006), pada permukaan tubuh cacing terdapat beberapa lubang-lubang muara keluar berbagai alat atau organ dalam tubuh. Lubang-lubang tersebut ialah mulut berbentuk bulan sabit, terletak dimedio ventral segmen pertama, anus terletak pada segmen terakhir, lubang muara keluar oviduk, terletak pada segmen ke-14, lubang bermuara keluar reseptaculum seminalis berupa 2 pasang pori terletak di antara segmen ke-9 dan ke-10, dan di antara segmen ke-10 dan ke-11 reseptaculum seminalis ialah tempat penyimpan sperma; pori ini tidak tidak mudah terlihat; pori dorsalis merupakan lubang muara keluar coelom; pori ini terletak di medio-dorsal pada tepi anterior pada tiap segmen; segmen ke-8 atau ke-9, sampai ujung posterior tubuh; sepasang nephridiopor, merupakan lubang muara keluar dan saluran ekskresi dan terletak pada tiap segmen, kecuali segmen terakhir dan 3 segmen pertama.
Cacing tanah ini kami temukan pada tanah yang lembab, dominan hidup di daerah dengan intensitas cahaya yang rendah. Karena cacing ini sangat sensitif terhadap cahaya, oleh karena itu dia tergolong hewan yang aktif di malam hari (Nocturnal). Menurut Hala (2007), cacing tanah hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air. Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberap bersifat komensal pada hewan-hewan aquatic, dan ada juga bersifat parasit pada vetebrata.


4.2 Cacing Hati (Fasciola hepatica)
4.2.1 Gambar
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur



Description: F:\Cacingx ainin\cacing\cacing tanah.jpg


(Wikipedia, 2002)

4.2.2 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
              Phylum : Platyhelminthes
                 Class : Trematoda
                   Ordo : Prosostomata
                      Famili : Fascioloidea
                          Genus : Fasciola
                             Spesies : Fasciola hepatica                                    ( Jutje, 2006 )
4.2.3 Pembahasan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, cacing hati (Fasciola hepatica) memiliki ciri berupa tubuh pipih, dan tidak berongga, berukuran kecil sehingga harus diamati melalui mikroskop. Karena cacing hati memiliki tubuh yang pipih,sehingga cacing ini dimasukkan kedalam phyllum Plathyhelmintes. Pengamatan cacing hati melalui mikroskop dengan perbesaran 100 kali. Pada pengamatan, bagian tubuh cacing yang teramati adalah bagian sucker (penghisap), tubuh cacing berwarna oranye dengan bercak-bercak hitam dan abu-abu. Bercak abu-abu tersebut merupakan sel api pada cacing hati. Tampak pula bagian organ reproduksi pada cacing pita, namun yang teridentifikasi jelas adalah bagian testis, sedangkan untuk bagian vagina masih belum terlalu terlihat jelas dalam pengamatan.
Menurut Tim Dosen (2011) Platyhelminthes adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm adalah tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap – tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis.
Menurut Oman (2006) Sistem pencernaan pada platyhelminthes belum sempurna, cacing ini telah memiliki mulut tapi tidak memiliki anus, hewan ini memiliki rongga gastrovaskuler yang merupakan saluran pencernaan yang bercabang – cabang yang berperan sebagai usus. Sistem saraf memiliki dua ganglion pada ujung ventral tubuh. Pada ujung ventral tubuh keluar satu pasang saraf longitudinal menuju ke bagian tubuh posterior.
Menurut Hala (2007) kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit, tidak mempunyai mata kecuali pada larvanya, tidak bercilia kecuali pada larvanya, mempunyai kutikula mulut disebelah anterior, farinks tidak berotot, tidak ada anus usus berbentuk garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasciola hepatica.

 
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Praktikum tentang Platyhelminthes dan Annelida dapat disimpulkan bahwa :
1.      Habitat dari fillum Annelida (Lumbricus terrestris) adalah di dalam tanah yang lembab, di laut dan di air. Sedangkan fillum Platyhelminthes ( Fasciola hepatica) pada hati binatang memamah biak.
2.  Morfologi dari fillum Annelida (Lumbricus terrestris) adalah tubuhnya bersegmen, memanjang dan gilig terdapat banyak kutikula. Sedangkan fillum Platyhelminthes (Fasciola hepatica) adalah tubuhnya pipih dan triploblastik aceolomata.
3.  Anatomi dari fillum Annelida (Lumbricus terrestris) yang tampak saat pengamatan meliputi otak, jantung, usus atau saluran pencernaan, pembuluh darah dan clitellum. Sedangkan pada fillum Platyhelminthes yang tampak adalah sucker dan anus.

    
DAFTAR PUSTAKA

Affandi (1996) dalam Waluyo, Joko. Dkk. 2007. Purifikasi dan karakterisasi protein anti bakteri dari Pheretima javanica. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 8 No. 1 Hal : 37- 44
Arifin M. 2006. Tanggap Kebal Sapi Terhadap Fasciolosis Akibat Inokulasi Metaserkaria  Fasciola gigantica Iradiasi. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Vol.2 No. 1
Hala,Yusminah. 2007. Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press
Jutje  S Lahay. 2006. Zoologi Invetebrata. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Murtidjo (2000) dalam Tethool, angelina N. Dkk. 2009.  Identifikasi Jenis Cacing Sapi    Bali yang Dipelihara di Taman Ternak FPPK. Jurnal Ilmu Peternakan. Vol. 4 No. 1 Hal : 30-34
Nofyan, Erwin. 2010. Identitas Jenis Telur Cacing Parasit Usus Pada Ternak Sapi (Bos sp) dan Kerbau (Bubalus sp) Di Rumah Potong Hewan Palembang. Jurnal Penelitian Sains. 10:06-11
Oman Karmana. 2006.Cerdas Biologi.  Bandun : Grafindo Media Pratama
Schistosoma. 2001. Http://febrianfn.wordpress.com
Subowo G. 2008. Prospek Cacing Tanah dalam untuk Pengembangan Teknologi Resapan Bologi di Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 27 No. 4
Suwignyo,Sugiarto. 2005. Avetebrata Air Jilid 1. Jakarta : Penebar Swadaya
Tim Dosen. 2011. Penuntun Praktikum Zoologi Invetebrata. Makassar: Uin Alauddin Makassar.

Candi Badut Warisan Tertua Jawa Timur

Candi Badut Warisan Tertua Jawa Timur   Oleh : Muhammad Faizal Biologi 12620074 085731144277 Muhammad.faizal.200@gma...