Selasa, 16 September 2014

Manfaatkan Mikroba sebagai Pupuk Organik


Manfaatkan Mikroba sebagai Pupuk Organik
Oleh: Nawa Tunggal

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia membiakkan mikroba perakaran atau plant growth promoting Rhizobacteria. Mikroba itu dimanfaatkan sebagai pelengkap pupuk organik hayati. Penggunaannya memandirikan petani, mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, dan menyehatkan tanah.

LIPI mengoleksi mikroba di setiap tipe ekosistem Indonesia. Koleksi disimpan di Indonesian Culture Collection di Cibinong Science Center. Mikroba-mikroba itu memiliki karakteristik berbeda untuk setiap jenis lahan, di antaranya mikroba untuk memacu hormon pertumbuhan,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Nuramaliati Prijono, akhir Juni lalu, di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Ia menghadiri panen perdana padi yang menggunakan pupuk organik hayati dilengkapi mikroba dari Beyonic-StarTmik LIPI.

Beyonic-StarTmik LIPI adalah label untuk produk pembiakan mikroba sesuai keperluan. Tidak hanya untuk pertumbuhan tanaman, tetapi juga bisa untuk biopestisida, misalnya.
Menurut Siti, pupuk organik hayati (POH) Beyonic-StarTmik LIPI memiliki keunggulan tambahan perbanyakan mikroba sesuai kebutuhan dan tak dimiliki pupuk organik lain. Di Ngawi, mikroba hasil pembiakan LIPI digunakan untuk produksi padi.

Menurut Sarjiya Antonius dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, penggunaan POH Beyonic-StarTmik LIPI meningkatkan 20 persen sampai 30 persen hasil produksi. Selain itu, bisa untuk mengurangi biaya produksi.

”Harga produksinya jauh lebih murah jika dibandingkan menggunakan pupuk kimia. Kalau harga pupuk kimia Rp 40.000, biaya produksi untuk POH Beyonic-StarTmik LIPI setara pupuk kimia hanya sekitar Rp 10.000,” kata Sarjiya.

Selain biaya ditekan sampai 25 persen dibandingkan pupuk kimia, POH Beyonic-StarTmik LIPI juga ramah lingkungan.

Bahan di sekitar
Bahan karbohidrat dan protein hayati yang ada di sekitar, menurut Sarjiya, merupakan faktor utama penekan biaya produksi POH Beyonic-StarTmik LIPI menjadi lebih murah. Di Ngawi sempat dicontohkan produksi 100 liter POH untuk 1 hektar sawah padi menggunakan 13 macam bahan.
Untuk sumber karbohidrat digunakan gula merah 3 kilogram, tetes tebu 3 liter, tepung jagung 3 kilogram, dan bekatul 3 kilogram. Sumber protein memanfaatkan kecambah 6 kilogram, tepung ikan 3 kilogram, dan telur ayam empat butir.

Kemudian ditambahkan air kelapa muda empat buah, agar-agar instan empat bungkus, kapur setengah kilogram, dan fosfat (nutrisi anorganik triple super phosphate/TSP) setengah kilogram. Mikroba Beyonic-StarTmik digunakan sebanyak 3 liter dan air bersih 100 liter.
”Proses produksinya menggunakan proses fermentasi selama tiga minggu,” kata Sarjiya.
Cara membuat POH, pertama merebus kecambah untuk mendapat air perasan kecambah lunak. Bekatul dicampur tepung ikan direbus. Gula merah juga direbus. Setelah dingin, semua bahan dicampur.
Campuran ini kemudian ditambah telur mentah yang sudah dikocok, agar-agar, fosfat TSP, tepung jagung, tetes tebu, kapur, dan 100 liter air bersih.

Campuran ini lalu ditambah Beyonic-StarTmik LIPI. Proses anaerob selama tiga pekan menjadikan campuran berbagai bahan tadi sebagai pupuk cair organik hayati yang diperkaya mikroba.

Model
Anggota Komisi VII DPR, Markum Singodimejo, ikut hadir dalam panen perdana padi menggunakan pupuk hasil pengembangan LIPI. Proses produksi POH Beyonic-StarTmik LIPI di Ngawi menjadi model pemanfaatan hasil riset LIPI.

”Selama ini hasil riset berbagai lembaga hanya menjadi tumpukan laporan. Penerapan hasil riset LIPI menjadi POH menjadi model yang dibutuhkan petani,” kata Markum.
Bupati Ngawi Budi Sulistyono mengatakan, adopsi pengetahuan baru oleh masyarakat petani membutuhkan contoh nyata di lapangan. Namun, gerakan masyarakat petani membutuhkan arah kebijakan yang jelas dari tingkat pemerintah pusat.

Siti Nuramaliati mengatakan, sebelum di Ngawi, Beyonic- StarTmik LIPI sudah diuji coba di Malinau, Kalimantan Timur, dan juga di Wonogiri.

”Untuk aplikasi hasil riset ini tidak pernah dialokasikan anggarannya oleh LIPI. Peran pemerintah daerah diharapkan,” kata Siti.

Model produksi POH Beyonic-StarTmik LIPI di tengah masyarakat tidak hanya menjanjikan hasil produksi yang meningkat, tetapi juga menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat mikroba tanah yang dapat dibiakkan dan dimanfaatkan untuk membantu petani.

Kompas Cetak, 12 Juli 2013.


Selasa, 09 September 2014

DOKTOR…, MAGISTER…, SARJANA…., SPd; SSi; ST; SS; S.E; SP; MM; MSi; MP; MAg;……




Seringkali ketika bertanya kepada mahasiswa baru tentang tujuan kuliah…, kita menemukan jawaban singkat dari beberapa mahasiswa baru yaitu untuk mendapatkan gelar sarjana.
Jawaban itu memang menunjukkan realitas masyarakat dan realitas dunia pendidikan sekarang.
Tidak dipungkiri bahwa dalam dunia pendidikan sekarang seolah-olah hanya bertujuan mengejar gelar semata.., sehingga lulusan perguruan tinggipun/seorang sarjana banyak yang tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan gelar kesarjanaannya.., jangankan sarjana, lulusan magisterpun juga masih bingung apa yang akan dilakukan dengan gelar magisternya.
Karena mereka tidak memperoleh pekerjaan dengan S1-nya kemudian daripada menganggur mereka menempuh S2, dengan harapan ijasah S2 peluang mendapat pekerjaan akan lebih baik.
Padahal belum tentu, di dunia kerja lebih diutamakan calon pekerja yang trampil dan fit dengan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya dan bukan semata melihat gelar-gelar yang dibawanya.
banyak orang tua menyekolahkan anaknya adalah lebih untuk mengejar gelar… dengan harapan dapat pekerjaan yang baik dengan gaji yang tinggi.
Seolah-olah gelar menjadi parameter utama. Tanpa gelar, seolah olah eksistensi keilmuan seseorang dianggap tidak eksis.
Dengan gelar…. Seseorang merasa bisa dihargai secara sosial… dan akan mendapatkan penghargaan yang lebih..;
Tanpa gelar…. seorang pria seolah tidak dapat meyakinkan calon mertuanya untuk dapat menikahi anak gadisnya; Tanpa gelar…. Seorang pegawai seolah tak akan bisa naik jabatan pada eselon diatasnya; Tanpa gelar…. Seorang bisnisman seolah tidak cukup meyakinkan rekanannya; Tanpa gelar…. Seorang politisi seolah tidak akan dapat menduduki kursi dalam pemerintahan.
Dalam kehidupan masyarakat sekarang… Gelar seolah menjadi prestise baik di bidang sosial, ekonomi, bisnis, politik. Gelar telah mengalami pergeseran nilai dan substansi fungsinya. Gelar telah menjadi sebuah status.
Masyarakat semakin lama semakin menganggap bahwa… mereka akan dapat mencapai tujuan sosial, politik, ekonomi dan bisnisnya ketika mereka sudah mendapat embel-embel gelar. Sehingga disebut masyarakat yang haus gelar.
Karena masyarakatnya telah menjadi haus gelar dan bahkan gila gelar…. Maka dunia pendidikannya semakin lama juga seolah menjelma menjadi sebuah pasar atau industri dimana gelar akademik menjadi alat transaksi (yang penting bayar… kemudian akan dapat gelar). Pendidikan bukan lagi berkaitan dengan membangun karakter, moral dan etika, tapi lebih pada masalah produksi dan distribusi.
Oleh karena itulah… sangat mendesak adanya perubahan yang mendasar… mungkin juga radikal tentang sistem pendidikan selama ini. Tidak cukup sekedar perubahan kurikulum…, tetapi harus ada perubahan yang menyeluruh akan sistem pendidikan kita ini.
Karena dengan sistem pendidikan yang ada sekarang, hasilnya juga seperti yang ada sekarang. Jadi saatnya ada perubahan yang menyeluruh untuk kehidupan yang lebih baik, melahirkan generasi dengan Iman yang kuat, dan mampu mandiri diusia yang masih muda.
Pendidikan untuk mencerahkan, pendidikan untuk menyadarkan, pendidikan untuk memandirikan, pendidikan untuk menghilangkan kegalauan, pendidikan untuk memakmurkan, pendidikan untuk menyadarkan akan pengabdian kepada Yang Maha Pencipta, pendidikan untuk menselaraskan kehidupan dengan kehendak Pencipta, pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran untuk dapat berkontribusi bagi terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi semua makhluk. PENDIDIKAN BUKAN UNTUK MENDAPATKAN GELAR. (mungkin bisa dibaca lagi tulisan saya yang berjudul “S2 atau angon Wedus”).
Wallahu a’lam
(Agus Mulyono, Malang 9 September 2014)

Candi Badut Warisan Tertua Jawa Timur

Candi Badut Warisan Tertua Jawa Timur   Oleh : Muhammad Faizal Biologi 12620074 085731144277 Muhammad.faizal.200@gma...