Selasa, 09 September 2014

DOKTOR…, MAGISTER…, SARJANA…., SPd; SSi; ST; SS; S.E; SP; MM; MSi; MP; MAg;……




Seringkali ketika bertanya kepada mahasiswa baru tentang tujuan kuliah…, kita menemukan jawaban singkat dari beberapa mahasiswa baru yaitu untuk mendapatkan gelar sarjana.
Jawaban itu memang menunjukkan realitas masyarakat dan realitas dunia pendidikan sekarang.
Tidak dipungkiri bahwa dalam dunia pendidikan sekarang seolah-olah hanya bertujuan mengejar gelar semata.., sehingga lulusan perguruan tinggipun/seorang sarjana banyak yang tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan gelar kesarjanaannya.., jangankan sarjana, lulusan magisterpun juga masih bingung apa yang akan dilakukan dengan gelar magisternya.
Karena mereka tidak memperoleh pekerjaan dengan S1-nya kemudian daripada menganggur mereka menempuh S2, dengan harapan ijasah S2 peluang mendapat pekerjaan akan lebih baik.
Padahal belum tentu, di dunia kerja lebih diutamakan calon pekerja yang trampil dan fit dengan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya dan bukan semata melihat gelar-gelar yang dibawanya.
banyak orang tua menyekolahkan anaknya adalah lebih untuk mengejar gelar… dengan harapan dapat pekerjaan yang baik dengan gaji yang tinggi.
Seolah-olah gelar menjadi parameter utama. Tanpa gelar, seolah olah eksistensi keilmuan seseorang dianggap tidak eksis.
Dengan gelar…. Seseorang merasa bisa dihargai secara sosial… dan akan mendapatkan penghargaan yang lebih..;
Tanpa gelar…. seorang pria seolah tidak dapat meyakinkan calon mertuanya untuk dapat menikahi anak gadisnya; Tanpa gelar…. Seorang pegawai seolah tak akan bisa naik jabatan pada eselon diatasnya; Tanpa gelar…. Seorang bisnisman seolah tidak cukup meyakinkan rekanannya; Tanpa gelar…. Seorang politisi seolah tidak akan dapat menduduki kursi dalam pemerintahan.
Dalam kehidupan masyarakat sekarang… Gelar seolah menjadi prestise baik di bidang sosial, ekonomi, bisnis, politik. Gelar telah mengalami pergeseran nilai dan substansi fungsinya. Gelar telah menjadi sebuah status.
Masyarakat semakin lama semakin menganggap bahwa… mereka akan dapat mencapai tujuan sosial, politik, ekonomi dan bisnisnya ketika mereka sudah mendapat embel-embel gelar. Sehingga disebut masyarakat yang haus gelar.
Karena masyarakatnya telah menjadi haus gelar dan bahkan gila gelar…. Maka dunia pendidikannya semakin lama juga seolah menjelma menjadi sebuah pasar atau industri dimana gelar akademik menjadi alat transaksi (yang penting bayar… kemudian akan dapat gelar). Pendidikan bukan lagi berkaitan dengan membangun karakter, moral dan etika, tapi lebih pada masalah produksi dan distribusi.
Oleh karena itulah… sangat mendesak adanya perubahan yang mendasar… mungkin juga radikal tentang sistem pendidikan selama ini. Tidak cukup sekedar perubahan kurikulum…, tetapi harus ada perubahan yang menyeluruh akan sistem pendidikan kita ini.
Karena dengan sistem pendidikan yang ada sekarang, hasilnya juga seperti yang ada sekarang. Jadi saatnya ada perubahan yang menyeluruh untuk kehidupan yang lebih baik, melahirkan generasi dengan Iman yang kuat, dan mampu mandiri diusia yang masih muda.
Pendidikan untuk mencerahkan, pendidikan untuk menyadarkan, pendidikan untuk memandirikan, pendidikan untuk menghilangkan kegalauan, pendidikan untuk memakmurkan, pendidikan untuk menyadarkan akan pengabdian kepada Yang Maha Pencipta, pendidikan untuk menselaraskan kehidupan dengan kehendak Pencipta, pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran untuk dapat berkontribusi bagi terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi semua makhluk. PENDIDIKAN BUKAN UNTUK MENDAPATKAN GELAR. (mungkin bisa dibaca lagi tulisan saya yang berjudul “S2 atau angon Wedus”).
Wallahu a’lam
(Agus Mulyono, Malang 9 September 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Candi Badut Warisan Tertua Jawa Timur

Candi Badut Warisan Tertua Jawa Timur   Oleh : Muhammad Faizal Biologi 12620074 085731144277 Muhammad.faizal.200@gma...