REPRODUKSI SI RAJA BUAH (Durio zibethinus, Murray)
Oleh
: Muhammad Faizal
ABSTRAK
Bunga
mengambil peran penting dalam produksi tanaman. Penelitian biologi bunga
dilakukan terhadap bunga durian, salah satu jenis bebuahan yang sehat dan
bernilai ekonomis tinggi. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Februari
2007. Lokasi penelitian di kebun durian Desa Mendalanwangi Wagir Malang, tinggi
tempat sekitar 431 m dpl, suhu rata-rata harian 26°C dan kelembaban 60%. Lima
kultivar durian, yaitu Monthong, Sitokong, Sunan, Hepe, dan Petruk yang berumur
10 tahun, digunakan sebagai materi.
Kata kunci : Reproduksi, Durian (Durio zibethinus)
Jenis durian unggul yang sudah
dirilis oleh pemerintah sejak tahun 1984 hingga tahun 2009 sebanyak 71
varietas. Durian rilisan tersebut berasal dari seluruh persada Indonesia. Hal
ini mengindikasikan bahwa setiap daerah mempunyai jenis unggulan sendiri.
Keragaman jenis tersebut disebabkan karena kebanyakan tanaman durian tersebut
berasal dari biji.
Masalah yang dihadapi dalam agribisnis durian adalah
produksi yang masih labil sehingga kebutuhan nasional belum bisa dicukupi oleh
produk dalam negeri. Produksi buah durian nasional tahun 2003 adalah sebanyak
741.831 ton dan pada tahun 2007 turun menjadi 594.842 ton. Sementara itu, impor
buah durian pada tahun 2003 sebanyak 3.026 ton dan meningkat menjadi 21.827
pada tahun 2007 atau sekitar 700% (Wibawa, 2009).
Kelemahan produktifitas dan kontinyuitas suplai buah durian
harus diselesaikan dengan penelitian yang serius, baik dalam aspek agronomi,
fisiologi dan pemuliaan tanaman. Salah satu aspek agronomi-pemuliaan tanaman
yang penting dalam produksi adalah pembungaan dan pembuahan. Dalam penelitian
ini dilaporkan kajian perkembangan bunga dan buah beberapa durian unggul
rilisan nasional yaitu Petruk, Sunan, Sitokong, dan Hepe. Selanjutnya varietas
Montong digunakan sebagai pembandingnya. Hipotesis yang hendak diuji adalah
adanya perbedaan periode perkembangan bunga dan buah serta nilai fruit-set
antar varietas rilisan tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik
observasi terhadap pembungaan dan perkembangan buah. Metode pengumpulan data
sesuai dengan Singarimbun dan Effendi (1990). Pohon durian yang digunakan
sebagai sampel masing-masing terdiri dari 5 pohon, sehingga jumlah pohon
semuanya adalah 25. Pohon dipilih yang seragam, dalam satu pohon diambil 15
contoh (dompol bunga) untuk pengamatan pertumbuhan dan perkembangan bunga dan fruit-set.
Secara keseluruhan objek yang diamati adalah jumlah bunga,
waktu bunga mekar (dilakukan pada jam 06.00 WIB, jam 12.00 WIB, jam 15.00 WIB,
serta jam 22.00 WIB). Waktu bunga rontok (dilakukan setiap jam 06.00 WIB, jam
12.00 WIB, jam 15.00 WIB, dan jam 22.00 WIB). Dalam penelitian ini digunakan
analisis ragam dan menggunakan alat bantu SPSS versi 13,0 yang diolah dengan
analisis oneway Anova.
HASIL PENELITIAN
Pembungaan dan perkembangan buah durian dalam periodik lima
varietas tanaman durian dapat dilihat pada Tabel 1.
Keterangan: 1a. Muncul tunas bunga, 1b. Pertumbuhan tunas sampai muncul bunga, 2a. Pertumbuhan bunga, 2b. Bunga pecah sampai anthesis, 2c. Anthesis menuju rontok, 3. perkembangan dari anthesis ke kematangan buah.
Perubahan bentuk bunga terjadi sesuai dengan umur bunga.
Tunas bunga durian muncul pada cabang sekunder maupun tertier. Tunas yang
muncul terus berkembang selama 3 minggu kemudian baru muncul bunga.
Perkembangan tunas berakhir pada saat bunga mekar dan kemudian berkembang
bersama perkembangan buah.
Gambar 1. Perkembangan bunga durian. 1. umur 3 msmt, 2. umur 4 msmt, 3. umur 5 msmt, 4. umur 6 msmt, 5. umur 7 msmt,6. umur 8 msmt, dan 7. umur 9 msmt.
* msmt : minggu setelah mekar bunga.
Gambar 2. Periode pembungaan durian
Karakter buah dari beberapa jenis durian yang diuji menunjukkan
perbedaan, lihat Tabel 2. Ukuran panjang dan diameter buah menunjukkan bentuk
buah. Sebaliknya ukuran buah Varietas Monthong lebih besar dibandingkan dengan
jenis lainnya.
Gambar 3. Perkembangan buah, 1.umur 1 msa, 2.umur 2 msa, 3.umur 3 msa, 4. umur 4 msa, 5. umur 5 msa dan 6. umur 6 msa.
*
msa: minggu setelah anthesis
Keterangan: Angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data yang tertera dalam Tabel 1 ternyata
varietas Monthong memiliki minimal masa panen yang paling cepat dan varietas
Hepe yang terlama. Masa pembungaan dari awal muncul bunga dan perkembangan
tunas bunga masing-masing varietas sama yaitu 2 minggu setelah muncul tunas
(msmt). Pada tahap pembungaan menuju anthesis varietas Monthong mekar lebih
awal dibanding varietas lain. Perbedaan juga terjadi pada periode dari anthesis
menuju kematangan buah.
Pada periode ini Monthong memiliki periode pematangan buah
yang lebih awal dibanding varietas lain, sedang antara varietas Petruk, Sunan,
Sitokong, dan Hepe rata-rata sama. Adanya variasi ini disebabkan karena ada
perbedaan genetik dari masing-masing varietas yang memungkinkan terjadi
perbedaan respon tanaman terhadap suhu lingkungan tumbuh. Calvo (1999)
melaporkan bahwa ada perbedaan periode tahap pertumbuhan pada tanaman loquat
antara varietas Cardona dan varietas San Filipparo disebabkan karena suhu.
Perkembangan buah pada suhu rendah dapat memperlambat perkembangan buah menuju
kemasakan buah.
Bunga durian adalah bunga sempurna, yang memiliki benang sari dan putik serta memiliki kompartemen hiasan bunga yang lain. Organ bunga tiap varietas memiliki perbedaan, antara lain dalam jumlah benang sari dan aroma bunga. Hal ini menunjukkan ada perbedaan karakteristik bunga dari tiap varietas. Variasi organ seksual ini sebagaimana yang dilaporkan oleh Brown (2006) bahwa terdapat perbedaan jumlah petal dari klone D88 dan klone D104, tetapi memiliki jumlah benang sari yang sama. Yacoob (1995), mengatakan bahwa bentuk bunga dan buah dapat digunakan untuk identifikasi varietas.
Bunga durian adalah bunga sempurna, yang memiliki benang sari dan putik serta memiliki kompartemen hiasan bunga yang lain. Organ bunga tiap varietas memiliki perbedaan, antara lain dalam jumlah benang sari dan aroma bunga. Hal ini menunjukkan ada perbedaan karakteristik bunga dari tiap varietas. Variasi organ seksual ini sebagaimana yang dilaporkan oleh Brown (2006) bahwa terdapat perbedaan jumlah petal dari klone D88 dan klone D104, tetapi memiliki jumlah benang sari yang sama. Yacoob (1995), mengatakan bahwa bentuk bunga dan buah dapat digunakan untuk identifikasi varietas.
Periode pembungaan masing-masing
varietas menunjukkan perbedaan. Waktu pembungaan paling awal adalah varietas
Monthong diikuti Petruk, Hepe, Sitokong, dan Sunan. Periode pembungaan yang
paling lama adalah varietas Monthong diikuti Hepe, Petruk, Sitokong, dan Sunan.
Periode pembungaan tiap varietas dapat dilihat pada Gambar 2.
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan bunga dalam
penelitian ini dari inisiasi sampai bunga mekar adalah 6-7 minggu. Keadaan ini
sesuai dengan pernyataan French (2001) bahwa pembungaan durian dari inisiasi
sampai anthesis memerlukan waktu kurang lebih 6-8 minggu.
Mekar atau anthesis merupakan tahap pembukaan bunga yaitu
saat bagian-bagian bunga siap untuk penyerbukan. Dari hasil diketahui bahwa
waktu mekar tiap varietas terjadi pada sore sampai malam hari dan rontok pada
akhir malam sampai pagi hari. Hal ini sesuai yang dilaporkan Lim (1997) bahwa
anthesis bunga terjadi pada jam 15.30 sampai 18.00 dan rontok pada malam hari.
Mekar dan rontok bunga terjadi pada durian, masing-masing
varietas menunjukkan perbedaan. Varietas Sunan waktu mekar lebih seragam
dibanding Monthong, antara pukul 16.00 sampai pukul 18.00, sedangkan Monthong
mekar lebih awal yaitu pukul 15.00 sampai pukul 22.00. Bunga yang mekar pada
sore hari sekitar pukul 16.00 akan rontok pada malam sampai pagi hari. Pada
varietas Sunan waktu rontok sebagian besar terjadi pada malam hari, karena
waktu mekar bunga yang hampir seragam pada sore hari. Pada varietas Monthong
waktu rontok lebih bervariasi, ada yang terjadi pada malam hari ada yang pada
pagi hari.
Buah terbentuk dari bakal buah setelah bunga mengalami
penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan buah durian dibantu oleh serangga
seperti lebah dan semut. Hal ini disebabkan bunga mengandung nektar dan
beraroma harum yang dapat mengundang serangga. Setelah penyerbukan, mahkota dan
benang sari akan layu dan rontok dan kemudian bakal buah akan berkembang
menjadi buah. Ilustrasi pertumbuhan buah dapat dilihat pada Gambar 3.
Pembentukan
buah durian terjadi setelah bunga anthesis yang secara tidak langsung diserbuki
oleh serangga atau kelelawar menurut Ashari (2002: 2006). Setelah penyerbukan
mahkota dan benang sari akan layu dan rontok (6-12 jam setelah anthesis).
Pelayuan dan perontokan mahkota dan benang sari ini disebabkan oleh
pengangkutan air secara besar-besaran dari bunga ke bagian ovarium. Salisbury
dan Ross (1992) Bakal buah durian yang berhasil dibuahi berkembang. Volume buah
dari tiap minggu mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan pada saat
perkembangan buah terjadi peristiwa pembelahan dan pembesaran sel dalam
berbagai arah pertumbuhan yang menyebabkan perubahan perbandingan panjang dan
diameter buah, sehingga terjadi perubahan bentuk buah (Hidayat, 1995).
Hasil pengamatan jumlah buah tiap
varietas dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah buah dari yang tertinggi sampai
terendah pada akhir pengamatan adalah Monthong, Petruk, Sunan, Sitokong dan
Hepe. Jumlah buah dari minggu ke-1 sampai minggu ke-18 mengalami penurunan
karena rontok. Penurunan jumlah buah paling tinggi pada minggu ke-3 yaitu
Monthong 13 %, Petruk 7,1 %, Sunan 8,3 %, Sitokong 9,5 %, dan Hepe 0,6 %.
Tetapi jumlah buah pada varietas Hepe mengalami penurunan paling tinggi terjadi
pada minggu pertama setelah bunga rontok.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa fruit-set dari antara
varietas satu dengan varietas lain menunjukkan perbedaan. Fruit-set tertinggi
pada varietas Sunan 2,96 % diikuti Monthong 2,03 %, Petruk 1,62 %, Sitokong
0,99 %, dan terendah Hepe 0,21 %. Rata-rata persentase fruit-set adalah 1,56 %.
Produksi buah pada varietas Hepe, Sitokong, dan Petruk masih rendah
dibandingkan dengan varietas Monthong dan Sunan. Produksi buah pada varietas Hepe
baik per cabang atau per pohon sangat rendah dibandingkan dengan produksi buah
pada daerah asal. Yaacob (1995) mengemukakan bahwa produksi durian varietas
Monthong 50-70 buah/pohon/tahun, dan varietas Petruk, Sunan, Sitokong, dan Hepe
sekitar 50-200 buah/pohon/tahun. Hal ini disebabkan perbedaan respon
masing-masing varietas terhadap lingkungan tumbuh. Jenis durian rilisan sudah
sangat banyak, yaitu sekitar 67 jenis (Wibawa, 2009). Pengujian multi-varietas
dalam hal ini pada lokasi yang berbeda sangat perlu dilakukan sehingga
ditemukan jenis rilisan yang paling toleran untuk ditanam disebarang tempat di
Indonesia.
PENUTUP
Periode tahap perkembangan bunga dan buah dari masing-masing
varietas berbeda. Perbedaan terjadi pada tahap perkembangan buah menuju fase
kematangan. Waktu total yang dibutuhkan dalam perkembangan buah dari varietas
Monthong, Petruk, Sunan, Sitokong dan Hepe berturut-turut 178-214 hari, 185-214
hari, 193-214 hari, 193-214 hari, dan 207-214 hari. Monthong memiliki periode
yang paling cepat.
Persentase fruitset dari masing-masing varietas berbeda.
Varietas Sunan memiliki persentase fruitset paling tinggi diikuti varietas
Monthong, Petruk, Sitokong dan yang terendah Hepe.
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR RUJUKAN
Ashari, S. 2002. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan
Komersial. Malang: Bayumedia Publishing.
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Brown, M.J. 1997. Durio –
Bibliographi Review. IPGRI Office for South Asia. New Delhi. P. 23-68
Carlo. J.M, M.L. Badenes, H.
Bleiholder, H. Hack, G. Lacer, and U. Meier. 2002. Phenological Growth Stages
of Loquat Tree (Eriobotrya japonica
(Thunb.) Lindl.). Great Britain. Ann.
Appl. Boil. Vol: 140. Pp: 151-157
French, B. 2001. Durio zibethinus, (Online), (http://ecoport.org/.
diakses 10 November 2014).
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Lim, T.K, and L. Luders. 1997.
Durian Flowering, Pollination and Incompatibility Studies. Great Britain. Ann. Appl. Boil. Vol: 132. Pp: 151-165.
Salisbury, F.B, dan C.W. Ross. 1992.
Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahkan
oleh Dyah R Lukman dan Sumaryono.1998. Bandung: ITB.
Yaacob, O, and S. Subhadrabandhu.
1995. The Production of Economic Fruits
in South-East Asia. New York: Oxford University Press. P. 90–97.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar